Tanamkan Kejujuran Saat Ulangan


Ini bukan cerita Si Boneka Kayu, Pinokio yang suka berbohong. Bukan pula cerita Sang Pembuat Boneka, Gepetto yang mendambakan seorang anak yang jujur tidak pernah berdusta. Tapi saya ingin berbicara tentang makna kejujuran bagi siapa saja, saya, Anda, dan anak didik kita.

Saya sering membaca bahwa kejujuran sekarang menjadi barang yang mahal. Apa benar? Kalau itu benar, tentu hal ini akan sangat mengerikan. Saya tidak ingin beranggapan bahwa kejujuran sebagai sesuatu yang mahal. Saya harap Anda juga bisa menghentikan anggapan itu, sepertinya hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melakukannya. Yakinlah bahwa kita, mereka, dan anak didik kita dapat melakukannya.

Hari ini sudah mulai memasuki masa Ulangan Umum Semester Gasal bagi anak didik kita  di madrasah/sekolah dari tingkat MI/SD sampai MA/SLTA. Sebagai guru akan dapat menilai kinerjanya selama satu semester. Yang menjadi anak didik juga dapat melihat hasil belajarnya selama semester tersebut. Dan Anda yang menjadi Wali Murid dapat menilai keduanya, menilai anak dan menilai guru meski tidak secara langsung. Tapi Anda sebagai wali murid juga berhak menilai kinerja guru atau sekolah secara umum.

Di masa UUS (ulangan umum semester) ini, satu hal yang ingin saya sampaikan: “Tanamkan KEJUJURAN pada diri anak didik kita”. Mungkin anak didik kita akan mencari-cari cara untuk dapat menjawab soal UUS yang dianggap sulit. Bisa dengan bertanya kepada teman, melihat jawaban teman, atau melihat catatan kecil yang sudah dipersiapkan dari rumah (mencontek). Tapi Anda tidak perlu marah jika menemukan penyimpangan seperti itu.  Lakukan pendekatan secara persuasive.

Ketika Anda mengawasi ulangan di kelas, tanamkan kejujuran itu. Anda tidak perlu menakut-nakuti mereka, tidak perlu kaku sehingga anak jadi tegang dan tidak dapat berpikir dengan jernih. Buat suasana menyenangkan, sampaikan tata tertibnya, awasi dengan dengan suasana bersahabat. Anda tidak perlu banyak bicara. Diam tapi tidak tegang. Wah, saya kesulita menggambarkannya.

Ada pengawas/guru yang suka melucu saat mengawasi. Ini akan memancing anak didik untuk berani banyak bicara dengan teman. Ada pengawas yang suka cerita dengan pengawas lain sehigga anak didik juga berani bercerita, bertukar jawaban dengan teman lainnya.

Saya kira Anda punya kiat tersendiri untuk menjaga ketenangan anak didik di kelas saat ulangan. Yang jelas hal yang tidak boleh Anda tinggalkan adalah ‘tanamkan kejujuran saat mengerjakan soal ulangan.

Sampaian kepda anak didik kita, bahwa kejujuran itu lebih utama dari pada nilai bagus tapi diperoleh dengan cara yang tidak baik, seperti mencontek atau meminta jawaban teman.

Keluhuran budi pekerti akan lebih bermakna dalam kehidupan anak selanjutnya. Karena mereka adalah generasi bangsa yang akan turut mewarnai zamannya nanti.****[]

2 pemikiran pada “Tanamkan Kejujuran Saat Ulangan

Tinggalkan Balasan ke zaenalkhayat Batalkan balasan